5 Strategi Pembelajaran Holistik yang Di Siapkan Mendikbud

5 Strategi Pembelajaran Holistik yang Di Siapkan Mendikbud ~ Belum lama ini , sekitar awal April Mendikbud menyiapkan 5 Strategi Pembelajaran Holistik. Tentunya bagi guru maupun calon guru harus mengenal lebih jauh tentang Pembelajaran Holistik itu sendiri.

5 Strategi Pembelajaran Holistik yang Di Siapkan Mendikbud ~ Belum lama ini , sekitar awal April Mendikbud menyiapkan 5 Strategi Pembelajaran Holistik. Tentunya bagi guru maupun calon guru harus mengenal lebih jauh tentang Pembelajaran Holistik itu sendiri.

Namun sebelum lebih jauh membahasnya, kita perlu mengenal dahulu apa  yang dimaksud holistik?Apa yang dimaksud pembelajaran holistik? Dan apa itu pendidikan holistik dan contohnya seperti apa?

Pendekatan Holistik
Peran guru dalam proses membelajarkan peserta didik semakin penting karena saat ini guru tidak lagi merupakan sumber informasi atau penyampaian pengetahuan kepada siswa melainkan lebih merupakan fasilitator yang mempermudah siswa belajar.

Cara-cara mengajar konvensional, sudah selayaknya untuk diperbaharui dan dikembangkan. Di sinilah pentingnya pemahaman guru terhadap berbagai pendekatan dalam pembelajaran.

Apalagi seperti saat ini, di akhir semester genap tahun pelajaran 2019/2020 negera kita termasuk terdampak Virus Covid -19, sehingga peserta didik belajar di rumah (BRD). Guru benar-benar ditantang untuk tetap bisa memberikan yang terbaik bagi peserta didik, tidak hanya sekedar tugas saja.

Gimana to sebenarnya pendekatan holistik itu? Dalam pendekatan holistik atau terpadu, suatu objek akan terlihat maknanya apabila diamati secara menyeluruh, bukan terpisah-pisah. Pendekatan ini merupakan aplikasi teori dari psikologi Gestalt. Dalam pendekatan pembelajaran, aplikasi teori Gestalt dapat dilihat seperti berikut.

  1. Pengalaman insight.
  2. Pembelajaran yang bermakna.
  3. Prilaku bertujuan.
  4. Prinsip ruang hidup.

Transfer dalam pembelajaran.
Selanjutnya, untuk untuk dapat memperlihatkan proses belajar sebagai proses yang terpadu, ada sembilan hal yang perlu diperhatikan yaitu:


  1. Pembelajaran berfungsi secara penuh untuk membantu perkembangan individu seutuhnya.
  2. Pembelajaran merupakan aktifitas belajar siswa untuk memperoleh pengalaman yang menempatkan siswa sebagai pusat 
  3. Pembelajaran diarahkan untuk memberikan ruang gerak siswa secara aktif dan intensif 
  4. Pembelajaran harus menjamin setiap siswa pada posisi yang baik dalam suasana kebersamaan untuk menyelesaikan proses yang dihadapi.
  5. Pembelajaran sebagai proses terpadu mendorong siswa untuk terus menerus belajar.
  6. Belajar secara terpadu memberikan kemungkinan yang luas agar siswa belajar dengan irama dan gayanya masing-masing, tentunya dengan standar-standar yang ditetapkan sendiri-sendiri.
  7. Pembelajaran secara terpadu dappat berfungsi dan berperan secara efektif yang menciptakan lingkungan belajar yang melihat berbagai aspek.
  8. Pembelajaran terpadu memungkinkan agar pembelajaran bidang studi tidak harus secara terpisah
  9. Pembelajaran teradu memungkinkan adanya hubungan antara sekolah dan keluarga.


Sementara itu menurut Taufik Agus (2011:6.4) mengemukakan bahwa: Pendekatan Holistik atau terpadu dalam pembelajaran, diilhami oleh psikologi Gestalt yang dipelopori oleh Wertheirmer, koffka, dan Kohler.

Menurut mereka, objek atau peristiwa tertentu akan dipandang oleh individu sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasikan. Suatu objek atau peristiwa baru dapat dilihat maknanya jika diamati dari segi keseluruhannya dan keseluruhan itu bukan jumlah bagian-bagian. Sebaliknya suatu bagian baru akan bermakna jika berada dalam kaitan dengan keseluruhan. Contoh, fisik seorang manusia bukanlah jumlah dari kepala, leher, lengan, badan, dan kaki, melainkan konfigurasi atau bentuk yang bermakna dari semua unsur tersebut.

Dengan kata lain, individu akan memberi makna terhadap suatu objek atau peristiwa, termasuk dalam pembelajaran jika yang bersangkutan memiliki wawasan pengetahuan yang mendalam (insight) tentang hubungan atau keterkaitan antar unsur dalam suatu keseluruhan (holistik), demikian pula dalam proses pembelajaran. Produk pembelajaran seyogyanya tidak dilihat dampaknya terhadap salah satu aspek individual anak, melainkan harus dari keseluruhan aspek yang mencakup dimensi fisik, sosial, kognitif, emosi, moral, dan kepribadian secara utuh.

Aplikasi pendekatan Holistik menurut Woolfolk, A. (1993) dalam pembelajaran di sekolah dasar, adalah sebagai berikut:

Wawasan pengetahuan yang mendalam (insight). Berdasarkan percobaannya, Kohler menyatakan bahwa wawasan memegang peranan penting dalam perilaku. Sehubungan dengan hal itu, dalam proses pembelajaran hendaknya guru membantu anak untuk memiliki insight yaitu pengetahuan mengenai keterkaitan antar unsur dalam suatu objek atau peristiwa. Guru juga hendaknya mengembangkan kemampuan anak dalam memecahkan masalah dengan proses insight.

Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning). Kebermanaan unsur-unsur yang terkait dalam suatu objek atau peristiwa, akan menunjang pembentukan insight dalam peroses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur, akan makin efektif sesuatu dipelajari. Oleh karena itu, aturan-aturan yang mendasari unsur-unsur dalam suatu objek atau peristiwa hendaknya dipahami dan dijadikan dasar dalam pengembangan insight dan pemahaman keseluruhan objek atau peritiwa. Hal ini sangat penting dalam kgiatan pemecahan masalah khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Sebagai contoh, ketika anda menanamkan nilai kesehatan kepada anak, maka anda harus menjelaskan arti sehat bagi anak, dan bagaimana hubungannya dengan kebersihan fisik diri sendiri dan lingkungan, seperti kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, menggosok gigi dan mandi secara teratur, menjaga kebersihan kelas dan sekolah.

Perilaku bertujuan (purposive behavior). Prinsip ini dikembangkan Edward Tolman yang meyakini bahwa pada hakekatnya perilaku itu terarah kepada suatu tujuan. Erilaku bukan hanya sekadar hubungan antara stimulus dan respons, akan tetapi adanya keterkaitan yang erat dengan tujuan atau sesuatu yang ingin diperoleh. Bagi Tolman, pembelajaran terjadi karena anak membawa harapan harapan tertentu ke dalam situasi pembelajaran.

Berdasarkan prinsip ini, proses pembelajaran akan lebih efektif apabila dapat membantu anak dalam mengenal tujuan yang akan dicapainya., dan selanjutnya mampu mengarahkan perilaku belajarnya ke tujuan tersebut. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadadari tujuan sebagai arah aktivitas pembelajaran dan membantu anak dalam memahami tujuan itu untuk selanjutnya mengembangkan aktivitas pembelajaran yang efektif.
Prinsip Hidup (life space).

Konsep ini dikembangkan oleh Kurt Lewin dalam pendekatan medan (field theory) yang menyatakan bahwa perilaku individu mempunyai keterkaitan dengan lingkungan atau medan di mana ia berada. Individu berada dalam suatu lingkungan medan psikologis yang mempunyai pola-pola perilakunya. Perinsip ini mengimplikasikan adanya pedanan dan kaitan antara proses pembelajaran dengan tuntutan dan kebutuhan lingkungan. Materi yang diajarkan guru hendaknya memiliki pedanan dan kaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan.anak. Pembelajaran
( Contectual Teaching and Learning) kontekstual juga bertitik tolak dari prinsip ini.

Transfer dalam pembelajaran. Transfer dalam pembelajaran adalah pemindahan pola-pola perilaku dari suatu situasi pembelajaran tertentu kepada situasi lain. Sesuai dengan pendekatan Gestalt, pembelajaran mempunyai makna sebagai proses membentuk suatu pola Gestalt atau keseluruhan atau konfigurasi yang mempunyai bentuk dan arti.

Menurut pendekatan ini, transfer terjadi dengan jalan melepaskan pengetian atau objek dari konfigurasi dalam suatu situasi, kemudian menempatkannya dalam situasi konfigurasi lain dalam tata susunan yang tepat. Menurut pendekatan ini, traansfer akan terjadi apabila anak menangkap prinsi-prinsip pokok dari suatu masalah, dan menemukan generalisasi, kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain.

Dalam hubungan dengan pembelajaran dan pembelajaran di kelas hendaknya guru membantu anak untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi-materi yang diajarkannya. Hal-hal yang telah dipelajari hendaknya dilatihkan untuk dapat diterapkan dalam situasi-situasi lain yang memungkinkan berbeda sifatnya.

Untuk dapat menampakkan keberadaan belajar sebagai proses terpadu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan (Dedikbud 1988).

Pembelajaran dapat berfungsi secara penuh untuk membantu perkembangan individual anak seutuhnya. Dalam hal ini belajar memungkinkan individu dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara utuh, tidak bersifat fragmentaris, memenuhi segala kebutuhan anak untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan irama perkembangannya.

Pembelajaran sebagai aktivitas membelajarkan anak untuk pemerolehan pengalaman menempatkan anak sebagai pusat segala-galanya. Dengan demikian, kebermaknaan pengalaman yang ada dilingkungan sangat tergantung pada sejauh mana pengalaman itu diappresiasikan secara positif oleh anak sebagai subjek belajar.

Pembelajaran dalam hal ini lebih menuntut kepada terciptanya suatu aktifitas yang memungkinkan keterlibatan anak secara aktif dan intensif.

Pembelajaran menempatkan individu pada posisi yang terhormat dalam suasana
kebersamaan di dalam penyelesaian persoalan yang dihadapinya.

Pembelajaran sebagai proses terpadu harus mendorong dan memfasilitasi setiap anak untuk terus menerus belajar. Dalam konteks yang demikian, anak belajar tidak hanya sebatas untuk mendapatkan niali dari guru melainkan juga yang lebih penting adalah berusaha memproses informasi dan mentransfer pengetahuan.

Pembelajaran sebagai proses terpadu dapat berfungsi dan berperan secara efektif apabila dapat diciptakan lingkungan belajar, tidak hanya menyangkut sarana fisik, melainkan juga suasana belajar yang kondusif bagi pengembangan semua aspek individu.
Pembelajaran sebagai proses terpadu memungkinkan pembelajaran bidang studi tidak harus secara terpisah, melainkan dilaksanakan secara terpadu. Keterpaduan dapat dilakukan antar komponen dalam suatu bidang studi tertentu dan antar bidang studi. Demikian pula dapat dilakukan pembelajaran terpadu dengan bertumpu pada suatu bidang studi tertentu dan bidang studi yang lainnya hanya dikaitkan sepanjang ada sentuhan dengan bidang studi utama.
Pembelajaran sebagai proses terpadu memungkin adanya hubungan antara sekolah dan keluarga. Guru dan orang tua sama-sama memandang penting pengembangan potensi anak secara optimal. Keberhasilan pendidikan anak tidak cukup dengan mengandalkan pembelajaran dari guru di sekolah yang sangat terbatas waktunya. Tidak diragukan lagi, bahwa keterlibatan orang tua sangat penting bagi keberhasilan pendidikan anak di sekolah dasar.

5 Strategi Pembelajaran Holistik yang Di Siapkan Mendikbud
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim menyiapkan lima strategi untuk menjalankan pembelajaran holistik demi mengembangkan sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang unggul. Salah satu indikator yang digunakan adalah peningkatan nilai Programme for International Student Assessment (PISA) Indonesia. PISA sebagai metode penilaian internasional merupakan indikator untuk mengukur kompetensi siswa Indonesia di tingkat global.

Mendikbud menjelaskan lima strategi untuk meningkatkan nilai PISA Indonesia.
Pertama, transformasi kepemimpinan sekolah. Strategi ini dilakukan dengan memilih generasi baru kepala sekolah dari guru-guru terbaik. Selain itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan mengembangkan marketplace bantuan operasional sekolah (BOS) online. "Marketplace BOS online bertujuan memberikan kepala sekolah fleksibilitas, transparansi, dan waktu meningkatkan kualitas pembelajaran,” imbuh Mendikbud.

Kedua, transformasi pendidikan dan pelatihan guru. Nantinya, Kemendikbud akan melaksanakan transformasi Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk menghasilkan generasi guru baru. Kemendikbud juga akan mendorong munculnya kurang lebih 10.000 sekolah penggerak yang akan menjadi pusat pelatihan guru dan katalis bagi transformasi sekolah-sekolah lain.

Ketiga, mengajar sesuai tingkat kemampuan siswa. Strategi ini akan dilakukan dengan cara menyederhanakan kurikulum sehingga lebih fleksibel dan berorientasi pada kompetensi. Selain itu, akan dilakukan personalisasi dan segmentasi pembelajaran berdasarkan asesmen berkala.

Keempat, standar penilaian global. Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) akan digunakan untuk mengukur kinerja sekolah berdasarkan literasi dan numerasi siswa, dua kompetensi inti yang menjadi fokus tes internasional seperti PISA, Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS), dan Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS). "Survei Karakter dan Survei Lingkungan Belajar juga akan digunakan untuk mengukur aspek-aspek non-kognitif untuk mendapatkan gambaran mutu pendidikan secara holistik," ungkap Mendikbud.

Kelima, kemitraan daerah dan masyarakat sipil. Kemitraan dengan Pemerintah Daerah dilakukan melalui indikator kinerja untuk Dinas Pendidikan. Kemendikbud juga akan mendorong ratusan Organisasi Penggerak untuk mendampingi guru-guru di Sekolah Penggerak, penggunaan platform teknologi pendidikan berbasis mobile dan bermitra dengan perusahaan teknologi pendidikan (education technology) kelas dunia, serta menggerakan puluhan ribu mahasiswa dari kampus-kampus terbaik untuk mengajar anak-anak di seluruh Indonesia sebagai bagian dari kebijakan Kampus Merdeka.

Dengan semua strategi ini diharapkan pelajar Indonesia menjadi pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yaitu berakhlak mulia, mandiri, kebinekaan global, gotong-royong, kreatif, dan bernalar kritis,” tutup Mendikbud.

Sumber :
Taufik, Agus, dkk (2011). Pendidikan Anak Di SD. Jakarta: Pusat Penerbitan
https://bdkpalembang.com/pendekatan-pembelajaran-holistik-dan-konstruktivisme/
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/04/mendikbud-siapkan-lima-strategi-pembelajaran-holistik